Sabtu, 14 November 2015

perhiasan dunia

Beberapa kesan visual dapat dikaitkan dengan ketertarikan manusia terhadap wajah. Penelitian baru menunjukkan bahwa otak kita memberikan 'reward' saat kita melihat wajah cantik. Pandangan sekilas pada wajah memberi kita berbagai informasi tentang orang di depan kita. Apakah kita saling mengenal? Laki-laki atau perempuan? Senang atau marah? Apakah dia menarik? Dalam penelitian disertasinya yang dilakukan di Departemen Psikologi, University of Oslo, Olga Chelnokova telah mengeksplorasi bagaimana sistem visual kita dapat mengarahkan perhatian ke informasi yang paling penting di wajah. Studinya menunjukkan bahwa evolusi telah membuat kita sangat ahli akan wajah. "Kita sering ingin tahu tentang wajah orang lain, membaca rautnya dan mengevaluasi nilai estetika mereka," kata Chelnokova. Tak bisa berhenti menatap Bersama dengan rekan-rekan dari kelompok riset laboratorium hedonik Farmakologi ia mengungkapkan bahwa sistem reward otak terlibat dalam penilaian kita terhadap daya tarik orang lain. "Sistem reward yang terlibat dalam menghasilkan pengalaman kenikmatan ketika, misalnya, kita menikmati makanan enak atau memenangkan undian. Ternyata sistem itu juga terlibat dalam menciptakan perasaan senang ketika kita melihat wajah yang cantik," katanya. Teori evolusi Apakah mungkin otak manusia telah berkembang untuk memperkuat perilaku evolusioner yang menguntungkan bagi kita sebagai spesies? Ini sangat mungkin terjadi, menurut para ilmuwan. "Penelitian sebelumnya telah membentuk hubungan antara daya tarik wajah dan beberapa faktor penting untuk propagasi evolusi spesies kita, seperti kesehatan dan potensi reproduksi yang baik. Kita bisa berspekulasi bahwa ada alasan evolusi di balik otak kita menikmati melihat wajah cantik dan ingin terus-terusan melihatnya," kata Chelnokova. Dia menekankan bahwa meskipun sistem reward memberikan respon langsung berupa sebuah kesenangan ekstra, tapi respon sistem tersebut tidak menentukan perilaku kita dalam jangka panjang. Mencari kontak mata Studi lain di tesis Chelnokova dilakukan dengan meminta peserta melihat gambar tiga dimensi dari wajah dan melacak gerakan mata mereka. Para ilmuwan mencatat bagian mana yang ditatap peserta ketika diminta untuk mengenali wajah. "Mengenali wajah dari pandangan baru bukanlah tugas yang mudah, karena wajah bisa terlihat berbeda tergantung pada pandangan," jelas Chelnokova. Para ilmuwan menunjukkan bahwa informasi 3-D tentang struktur wajah membantu kita mengenali wajah dari pandangan yang berbeda. Mereka juga melihat bahwa sistem visual kita mengarahkan perhatian terhadap bagian wajah yang memberikan informasi yang diperlukan dengan cepat, seperti mata. Mengubah perilaku kita Penelitian sebelumnya telah mengaitkan sistem reward otak terhadap pengalaman kita dari kecantikan wajah orang lain. Dalam studi ini, para ilmuwan memindai otak partisipan saat mereka melihat gambar wajah. Para peneliti menunjukkan bahwa menatap wajah cantik meningkatkan aktivitas dalam sistem reward. Namun, bukti ini sebelumnya hanya korelasional, yang berarti bahwa para ilmuwan hanya mengamati peningkatan aktivasi otak terhadap wajah cantik, tapi tidak menguji apakah kegiatan ini benar-benar mempengaruhi berapa banyak orang menyukai wajah yang mereka lihat. Hasil dari penelitian desertasi ini merupakan bukti pertama yang menunjukkan bahwa perubahan tingkat aktivitas dalam sistem reward otak menghasilkan perubahan perilaku, seperti menyukai wajah cantik dan bahkan ingin melihatnya lebih lama. Pentingnya mata dalam evaluasi para ilmuwan telah didokumentasikan dengan baik. Misalnya, sulit untuk mengenali seseorang jika mata mereka tersembunyi, atau jika seseorang berbohong, kita sering dapat melihatnya di mata mereka. "Secara umum, jika kita ingin memahami apa yang sedang dirasakan orang lain, mata dapat memberikan sebagian besar informasi tersebut," ujar Chelnokova. Hidung dan pipi ternyata juga penting bagi para peserta dalam penelitian. Terutama ketika melihat wajah dalam bentuk 3-D, di mana kedua fitur wajah ini memberikan kita informasi yang berharga tentang sifat-sifat volumetrik wajah.

Kamis, 25 September 2014

Jika ada perahu yang paling masyhur di seluruh dunia sepanjang masa, barangkali adalah perahu Nabi Nuh. Dalam kitab-kitab suci disebutkan, perahu besar ini menyelamatkan masing-masing sepasang dari setiap binatang dan beberapa manusia dari bencana banjir besar.

ilustrasi

Kini, muncul teori baru tentang perahu itu; tak berbentuk lebar memanjang seperti layaknya perahu, melainkan bulat. Selain itu, juga tak terbuat dari kayu, melainkan dari alang-alang. 

Klaim ini muncul setelah ilmuwan berhasil memecahkan teka-teki sebuah benda persegi dari tanah liat yang diyakini berusia 4.000 tahun dari zaman Mesopotamia kuno. Benda persegi itu ditemukan seseorang selama Perang Dunia II di Irak, sebelum kemudian disimpan di sebuah museum di London.


Irving Finkel, kurator yang bertanggung jawab atas tablet tanah liat runcing itu di British Museum itu, menyatakan perahu Nuh kemungkinan terbuat dari ilalang dan aspal. Hal ini terungkap dalam teks yang terdapat dalam tanah liat itu. 

Atram-Hasis, raja Sumeria yang diyakini adalah Nuh, diperintah untuk membakar rumah dan membuat perahu demi menyelamatkan diri dari banjir besar.

Teks dengan huruf Babilonia kuno ini menggambarkan bagaimana membangun bahtera dengan diameter 220 kaki, atau sekitar 67 meter dengan tinggi dinding 20 kaki, atau setara 6,09 meter.


Menurut teks yang terdapat dalam tanah liat itu, bahtera Nuh memiliki dua tingkat dan atap di atas. Dalam teks 60 baris ini, yang digambarkan Dr Finkel sebagai 'panduan konstruksi rinci untuk membangun sebuah bahtera', perahu dibuat dengan menyatukan alang-alang dengan menggunakan tali, sebelum kemudian diolesi dengan aspal untuk membuatnya tahan air.


Tablet ini dipamerkan di British Museum mulai hari ini. Ilmuwan akan merekonstruksi pembuatan perahu sesuai petunjuk di dalamnya, untuk melihat apakah bahtera itu benar-benar bisa berlayar.


Sumber :
tempo

Rabu, 24 September 2014

akibat  merokok ternyata menghabiskan uang membahayakan skililing yang pasif...